"Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya. " - Yoh 13:16
Saudara-saudara ku, pada tanggal 19 September 2021, Paus Francis berkata dalam khotbah nya bahwa kebesaran dan kesuksesan tidaklah diukur dari apa yang dimiliki seseorang, tetapi oleh apa yang seseorang dapat berikan. Dengan kata lain, kualitas hidup seseorang didasarkan pada sesuatu yang bukan kedudukan tetapi pelayanan. Melayani sesama artinya memiliki hubungan yang mendalam dengan Tuhan dan menerima kehadiran dan kasih Tuhan.
Perjamuan terakhir adalah suatu peristiwa dimana Yesus makan bersama-sama dengan murid-murid-Nya sebelum Yesus menderita, sengsara dan mati. Yesus tahu hidup-Nya tidak lama lagi, dan tidak banyak waktu tersisa untuk mengajarkan banyak hal dengan kata-kata dan perumpamaan. Oleh karena itu, Dia memberi contoh aspek-aspek kehidupan yang penting kepada murid-murid-Nya lewat tindakan, contohnya, makan bersama dan mencuci kaki murid-murid-Nya. Yesus meninggalkan kenangan kebersamaan, kesatuan dan pelayanan dari dua peristiwa ini.
Makan bersama mengijinkan Yesus bertemu dengan murid-murid-Nya sambil menekankan diri-Nya sendiri sebagai sumber kehidupan. Jika roti dan anggur dapat memelihara tubuh, maka tubuh Yesus dan darah yang tercurah adalah sumber makanan dan minuman yang dapat memelihara jiwa.
Dan lagi, lewat pembasuhan kaki, memiliki dua arti. Pertama, Yesus membangun hubungan-Nya dengan Allah Bapa, menerima kehadiran dan cinta kasih Allah Bapa dalam diri-Nya. Dia sadar bahwa Dia diutus bukan untuk dilayani tetapi melayani. Dan tugas ini Dia lakukan sampai akhir hidup-Nya. Kedua, Yesus memberikan contoh lewat perbuatan supaya murid-murid-Nya dapat melihat, mengalami dan mengikutinya. Sebagai seorang guru, Yesus menyadari bahwa contoh hidup lebih nyata daripada sekedar kata-kata. Oleh karena itu, Dia ingin murid-murid-Nya melayani Dia dalam kehidupan mereka.
Perjamuan makan dan pembasuhan kaki adalah simbol pengorbanan, kebersamaan, kerendahan hati, dan pelayanan. Nilai-nilai ini masih menggema ditengah-tengah krisis kehidupan sosial dimana seharusnya terus digaungkan supaya hidup menjadi lebih bermartabat. Sekali lagi, seseorang menjadi besar bukan karena apa yang dia miliki tetapi karena apa yang dapat dia berikan. Hadiah yang paling berkesan adalah hadiah diri kita yang sesungguhnya.
Refleksi dari Yoh 13: 1-20 oleh Fr. Aris Mada SVD
(Dengarkan podcastnya disini)
No comments:
Post a Comment