Thursday, July 25, 2024

Spanish version: Llanto

Pero María estaba sentada afuera de la tumba llorando. Mientras lloraba, se inclinó y miro dentro de la tumba. - Juan 20:11


Pexels.com

Queridos hermanos, hoy es 16 de julio, reflexionamos sobre el incidente de María Magdalena que visitó la tumba vacía y se sintió muy triste porque pensó que alguien había sacado a Jesús de la tumba.

La paz solo la poseen las personas humildes que cada día intentan acercar sus corazones a Dios, aunque sientan que no lo merecen. Cuando pedimos incansablemente a Dios la gracia del perdón por todas las ofensas que hemos cometido, reconocemos todas nuestras debilidades y nos entregamos completamente a Su voluntad, entonces es cuando la gracia de Dios actúa. Una tumba vacía es como nuestro corazón, que está lejos de Dios, es como nuestra alma estéril que siempre está lejos de la fuente del agua viva, que es Jesús mismo. Los dos ángeles guardianes de la tumba nos recuerdan la voz de nuestros propios corazones, que es nuestra conciencia; una voz interior que siempre nos recuerda que debemos ser capaces de alejarnos de las malas acciones y debemos hacer y mantener todas las buenas acciones. Si nunca afinamos nuestra conciencia o nuestra voz interior, si seguimos ignorándola, entonces naturalmente nos sentiremos estériles, nuestra alma estará muy lejos de la paz.

Jesús, quien reprendió a María Magdalena que estaba tan triste y llorando, en la vida cotidiana también nos reprende y nos saluda. Él está esperando que vayamos a Él. Dios realmente anhela que podamos regresar a casa en cualquier momento, aunque sea solo por un minuto. Dios está esperando que le demos gracias, no que nos quejemos. Dios quiere vernos pacientes y fuertes frente a los problemas de la vida, no desesperados. De hecho, nunca es demasiado tarde para comenzar de nuevo nuestra vida, no es demasiado tarde para levantarnos de cada caída.

Vamos, apresurémonos a regresar y buscar a Jesús, quien fue confundido con el jardinero por María Magdalena, para que nuestros corazones siempre estén en paz y no estériles y secos como una tumba vacía. Dios te bendiga.

Reflexión sobre Juan 20:11-20 por la Hermana Yanti Purnawati SFSC

(Escucha el podcast aqui)

Tuesday, July 23, 2024

Scientes | Knew | EN | IN | ES

" They knew it was the Lord " - John 21:12

Photo from Pexels.com

God's presence

How many of us have ever experienced the futility of work? We have done our best, or maybe we have put a lot of blood, sweat, and tears into our work but at the end of the day, we gain nothing. We become so desperate, tired, frustrated because none of our work pays off.

This is what Peter and the other disciples experienced when they had been fishing all night long but they caught nothing. We all know that Peter was a real professional when it comes to fishing. That is why he went fishing at night because experience has taught him that this was the most productive time to fish.

However, the scripture said that Peter and his other fellows didn't catch anything until the morning came. Their nets were as empty as when they had begun fishing. ( John 21:3)

Dear brothers and sisters in Christ, when we reflect on this passage, we know that God is so close to us and aware of our problems. Sadly, we are often oblivious to God's presence just as Peter and the other disciples who were not aware that Jesus was actually among them. They were in such a great desperate state that they couldn't recognise the risen Lord.

The next verse points out that Peter stated his problem and how Jesus miraculously did wonders. Take heed of John 21: 6. It says : " Then he said, " Throw out your net on the right-hand side of the boat, and you'll get some !". So, they did, and they couldn't haul in the net because there were so many fish in it." Here, we learn that Jesus is God of miracles. He can do the impossible things because He is the Lord God Almighty. Jesus could fill the empty fishing net to the bursting point, in the same way he can fill up our feeling of emptiness, and transform our lives into newly restored conditions.

In life, we may face a lot of problems that seem so overwhelming. However, we don't need to be so caught up in our problems that we become unaware of God's presence. When life gets tough, turn to Jesus for help. He is always there for us, working things out for our good. 

Finally, let us learn to recognise the Risen One, be more and more aware of His existence so that we can experience His loving presence through the ample food we have, good health, security, being forgiven and loved. Amen.

Reflection on John 21 : 1-13 by Linda Sutrisno

(Listen to the podcast here).

Indonesian version: Tahu

" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan " - Yoh 21:12

Pexels.com

Kehadiran Tuhan

Ada berapa banyak dari kita yang pernah mengalami bahwa apa yang kita kerjakan semuanya sia-sia ? Kita sudah melakukan yang terbaik, atau mungkin kita sudah mengerahkan segala daya upaya untuk pekerjaan kita tetapi pada akhirnya, kita tidak mendapat apa-apa. Kita menjadi sangat putus asa, lelah dan frustasi karena tak satupun dari yang kita kerjakan membuahkan hasil.

Ini yang dialami oleh Petrus dan para murid lainnya ketika mereka telah memancing semalaman tetapi tidak menangkap satu ekor ikanpun. Kita semua tahu bahwa Petrus adalah seorang nelayan yang ahli. Itulah alasannya mengapa ia pergi memancing di malam hari karena pengalaman mengajarkan kepadanya bahwa saat itu adalah waktu yang tepat untuk memancing.

Akan tetapi, kitab suci mengatakan bahwa Petrus dan teman-temannya yang lain tidak menangkap satu ekor ikanpun sampai pagi tiba. Jala mereka sama kosongnya seperti pada saat mereka mulai memancing. (Yoh 21:3)

Saudara-saudaraku, ketika kita merenungkan bacaan ini, kita tahu bahwa Tuhan sangat dekat dengan kita dan memahami masalah kita. Sayangnya, kita sering tidak menyadari kehadiran Tuhan sama seperti Petrus dan murid-murid lainnya yang tidak menyadari bahwa Yesus sebenarnya ada diantara mereka. Mereka sedemikian putus asa sehingga mereka tidak bisa mengenali Tuhan yang telah bangkit.

Ayat berikutnya menjelaskan bahwa Petrus menceritakan masalahnya dan bagaimana Yesus melakukan mujizat dengan ajaib. Yoh 21:6 berbunyi demikian : " Maka kata Yesus kepada mereka : " Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akan peroleh. "Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. " Disini, kita belajar bahwa Yesus adalah Tuhan yang penuh mujizat. Dia sanggup melakukan hal-hal yang mustahil karena Dia adalah Allah yang mahakuasa. Yesus mampu mengisi penuh jala yang kosong sampai meluap, sama halnya Dia sanggup mengisi perasaan kita yang kosong, dan mengubah hidup kita menjadi hidup baru yang dipulihkan.

Dalam hidup, kita mungkin menghadapi banyak masalah yang nampaknya sangat membebani. Namun, kita tidak perlu terlalu memikirkan masalah-masalah tersebut sehingga kita menjadi tidak menyadari kehadiran Tuhan. Ketika hidup terasa berat, mintalah pertolongan kepada Yesus. Dia selalu ada untuk kita, mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikan kita.

Pada akhirnya, marilah kita belajar mengenali Dia yang telah bangkit, semakin menyadari keberadaanNya sehingga kita dapat mengalami kehadiranNya yang penuh kasih lewat makanan cukup yang kita miliki, kesehatan, keamanan, bahwa kita telah diampuni dan dikasihi. Amin.

Refleksi dari Yohanes 21:1-13 oleh Linda Sutrisno

(Dengarkan podcastnya disini)

Friday, July 19, 2024

Indonesian version: Meyakini

Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya - Yohanes 20:29


Pexels.com

Percaya adalah sebuah sikap yang menyatakan keyakinan bahwa sesuatu yang benar atau nyata. Pada dunia sekarang ini menjadi percaya atay mempercayai adalah 2 hal yang sangat sulit ditemui bahkan dilakukan. Karena sekarang ini kita menghadapi adanya krisis kepercayaan karena sikap manusia yang sombong, egois, dan tidak jujur.

Percaya pada prinsipnya harus didasari dengan bukti yang kuat dan nyata, karena apabila tidak ada bukti maka tentu akan sulit orang untuk percaya.

Lalu bagaimana dengan murid – murid Tuhan Yesus, apakah mereka tetap percaya setelah kematian Tuhan Yesus?

Goncangan kehidupan yang dialami oleh murid – murid Tuhan Yesus setelah kematian dimana dalam hati mereka mulai adanya keragu – raguan. Ketakutan juga melanda hati mereka oleh karena peristiwa tersebut menjadikan murid – murid Tuhan Yesus harus bersembunyi dan mengunci tempat mereka berkumpul.

Keraguan bukanlah hal yang tebu dan itulah yang terjadi pada murid Tuhan Yesus. Allah menjawab keraguan mereka dengan memberikan tanda – tanda. Ketika hal itu terjadi, ingatlah bahwa Tuhan Yesus yang menguatkan iman para murid.

Tuhan telah menjanjikan kepada kita bahwa akan memberikan kepada kita seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama – lamanya yaitu roh kebenaran.

Sebab Tuhan berfirman ”Aku akan pergi tetapi aku datang kembali kepadamu, Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu, Aku datang kembali kepadamu”.

Ingatlah, bahwa janji Tuhan adalah Ya dan Amin.

Damai Sejahtera sebagai simbol/teladan sapaan yang Tuhan sampaikan kepada murid – muridNya sebagai tanda bahwa Tuhan adalah kasih dan hendak menguatkan murid – murid dan juga kita semua.

Tuhan berfirman ”Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”. Tuhan mengutus kita sebagai hamba – hambanya bukan tanpa dasar dan bukti yang kurang tetapi semua dinyatakan lengkap dan nyata sebagaimana tujuan injil ini ditulis untuk menjadikan semua bangsa menjadi percaya kepada Tuhan.

Oleh karena itu, tetaplah kuatkan dan teguhkanlah hatimu berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Amin

Refleksi dari Yohanes 20:19-31 ole Aldo Tridarma Mona


 

 

Believe | EN | IN | ES

Blessed are those who do not see but believe - John 20:29

Photo by Pexels.com

Trust is an attitude that expresses belief that something is true or real. In today's world, believing or trusting are two things that are very difficult to find or even do. Because currently we are facing a crisis of trust because of human attitudes that are arrogant, selfish and dishonest. In principle, belief must be based on strong and real evidence, because if there is no evidence it will certainly be difficult for people to believe.

Then what about the disciples of Lord Jesus, did they still believe after the death of Lord Jesus? The shock of life experienced by the disciples after Jesus death was that they began to have doubts in their hearts. Fear also struck their hearts because this incident forced the disciples of Lord Jesus to hide and lock the place where they gathered.

Doubt is not a problem and that is what happened to the disciples of the Lord Jesus. God answered their doubts by giving signs. When that happens, remember that it was Lord Jesus who strengthened the disciples' faith.

God has promised us that He will give us another helper, so that He will be with you forever, namely the spirit of truth. Because God says "I will go away but I will come back to you, I will not leave you as orphans, I will come back to you." Remember, that God's promises are Yes and Amen.

Peace is a symbol/exemplary greeting that God conveys to His disciples as a sign that God is love and wants to strengthen the disciples and all of us.

God says "Just as the Father sent me, so now I send you." God sent us as His servants not without basis and lacking evidence but everything is stated to be complete and real as the purpose of this gospel was written to make all nations believe in God.

Therefore, remain strong and firm in your heart. Blessed are those who do not see but believe. Amen

Reflection on John 20:19-31 by Aldo Tridarma Mona

Thursday, July 18, 2024

Indonesian version: Tangisan

Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu. – Yohanes 20:11.


Pexels.com
 

Saudara-saudara yang terkasih, hari ini ialah tanggal 16 Juli, kita merenungkan peristiwa Maria Magdalena yang mengunjungi makam kosong dan merasa sangat sedih karena dia mengira bahwa seseorang telah mengambil Yesus dari makam tersebut. 

 

Damai hanya dimiliki oleh orang-orang yang rendah hati yang setiap hari berusaha mendekatkan hati mereka kepada Tuhan meskipun mereka merasa tidak layak. Ketika kita dengan tak kenal lelah memohon kepada Tuhan akan anugerah pengampunan atas semua pelanggaran yang telah kita lakukan, menyadari semua kelemahan kita dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak-Nya, maka saat itulah anugerah Tuhan bekerja. Makam kosong itu seperti hati kita yang jauh dari Tuhan, seperti jiwa kita yang tandus yang selalu jauh dari sumber air kehidupan, yaitu Yesus sendiri. 

 

Dua malaikat penjaga makam mengingatkan kita pada suara hati kita sendiri yang adalah suara hati Nurani kita; suara batin yang selalu mengingatkan kita bahwa kita harus bisa menjauh dari perbuatan jahat dan harus melakukan serta menjaga semua perbuatan baik. Jika kita tidak pernah mengasah hati Nurani atau suara batin kita, jika kita terus mengabaikannya, maka kita secara alami akan merasa tandus, jiwa kita akan sangat jauh dari kedamaian. 

 

Yesus, menegur Maria Magdalena yang begitu sedih dan menangis, dalam kehidupan sehari-hari Dia juga menegur dan menyapa kita. Dia menunggu kita datang kepada-Nya. Tuhan sangat merindukan kita untuk bisa pulang kapan saja, bahkan hanya untuk satu menit. Tuhan menunggu kita untuk bersyukur kepada-Nya, bukan mengeluh. Tuhan ingin melihat kita sabar dan kuat dalam menghadapi masalah hidup, bukan sebaliknya merasa putus asa. Sesungguhnya, tidak pernah terlambat untuk memulai hidup kita yang baru lagi, tidak terlambat untuk bangkit dari setiap kejatuhan. 

 

Marilah, segera pulang dan cari Yesus yang dikira penjaga taman oleh Maria Magdalena, agar hati kita selalu damai dan tidak tandus serta kering seperti makam kosong. 

Tuhan memberkati. 

 

Refleksi dari Yohanes 20:11-20 ole Sr. Yanti Purnawati SFSC


(Dengarkan podcastnya disini) 

Wednesday, July 17, 2024

Plorans | Weeping | EN | IN | ES

But Mary was standing outside at the tomb weeping. So as she wept, she stooped and looked into the tomb- John 20:11


Photo by Pexels.com

Dear brethren, today is July 16, we reflect on the incident of Mary Magdalene who visited the empty tomb and felt very sad because she thought that someone had taken Jesus from the tomb.


Peace is only possessed by humble people who try every day to draw their hearts closer to God even though they feel they do not deserve it. When we tirelessly ask God for the grace of forgiveness for all the offenses we have committed, realize all our weaknesses and surrender ourselves completely to His will, then that’s the time God's grace, works.  An empty tomb is like our heart which is far away from God, it’s just like our barren soul which is always away from the source of life-giving water, which is Jesus Himself.  The two guardian angels of the grave remind us of the voice of our own hearts that is our conscience; an inner voice that always reminds us that we must be able to stay away from evil deeds and must do and keep all the good deeds.  If we never hone our conscience or our inner voice, if we continue to ignore it, then we will naturally feel barren, our soul will be so far from peaceful.

Jesus, who rebuked Mary Magdalene who was so sad and crying, in everyday life rebukes and greets us too, He is waiting for us to come to Him.  God really longs for us to be able to come home at any time, even if only for a minute. God is waiting for us to give Him thanks, not complain. God wants to see us patient and strong in facing life's problems, not despair.  In fact, it is never too late to start our new life again, it is not too late to get up from every fall.  

Come on, hurry home and look for Jesus who was thought to be the garden keeper by Mary Magdalene, so that our hearts will always be at peace and not barren and dry like an empty tomb.  God bless.

Reflection on  John 20:11-20 by Sr Yanti Purnawati SFSC
(Listen to podcast here)

Indonesian version: Tusukan

Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air – Yohanes 19: 34



Pexels.com
 

Merefleksikan perikop Injil, dimana tubuh Tuhan kita Yesus Kristus yang telah mati ditusuk oleh tombak prajurit Romawi dan dimakamkan pada kubur pinjaman. Hal ini menggerakkan saya ke inti dari luka dan rasa sakit yang telah saya timpakan kepada Juru Selamat saya, setiap kali saya memendam dosa di hati, pikiran dan roh saya. Apakah itu roh yang tidak ingin memberi pengampunan, roh nafsu, atau bahkan roh iri hati. Inilah roh-roh yang tidak kudus yang memadamkan pekerjaan Roh Kudus di hati, pikiran, dan roh saya, serta menajiskan tubuh, pikiran, dan roh saya, yang seharusnya menjadi Bait Roh Kudus. 

 

Seperti yang ditulis oleh Yesaya dalam pasalnya yang terkenal tentang Hamba yang Menderita: 

" Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan. Orangpun menutup muka ketika melihat dia; demikian ia dihina dan bagi kita ia tidak masuk hitungan. Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan disakiti Allah. Akan tetapi, dia ditikam karena pemberontakan kita, dia diremukkan karena kejahatan kita. Hajaran yang mendatangkan damai sejahtera bagi kita ditimpakan kepadanya, dan karena bilur-bilurnya kita disembuhkan. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (Yesaya 53:3-6). 

 

Saya akan menutup refleksi singkat ini dengan satu lagu favorit saya oleh Hillsong: Pria yang penuh kesedihan. 

 

Pria yang Penuh Kesedihan

 

Ayat 1

Pria yang penuh kesedihan, Anak Domba Allah

Dikhianati oleh-Nya sendiri

Dosa manusia dan murka Allah

Telah ditimpakan kepada Yesus

 

Ayat 2 

Diam saat Dia berdiri tertuduh

Dipikul, diejek, dan dicemooh

Tunduk pada kehendak Bapa

Dia mengenakan mahkota duri

 

Chorus

 

Oh, salib kasar itu keselamatanku

Di mana cinta-Mu tercurah atas diriku

Dan sekarang jiwaku berseru haleluya

Pujian dan kehormatan bagi-Mu

 

Ayat 3

Diutus dari surga Anak Allah sendiri

Untuk membeli dan menebus Dan mendamaikan mereka

Yang memakukan-Nya pada kayu salib itu

(Ulangi Chorus) 

Bridge

 

Sekarang hutangku telah dibayar

Sudah dibayar lunas

Oleh darah yang berharga

Yang dicurahkan oleh Yesusku

Sekarang kutukan dosa 

Tidak lagi menguasai diriku

Yang dibebaskan oleh Anak 

Oh, benar-benar bebas

 

(Ulangi Bridge) 

(Ulangi Chorus)

 

Ayat 4

Lihatlah batu itu terguling

Lihatlah kubur yang kosong 

Haleluyah, Allah dipuji 

Dia bangkit dari kubur

 

(Ulangi Chorus)

 

https://www.youtube.com/watch?v=LZjBJuHgXPE

Dengarkan lagunya disini

Copyright

CCLI Song #6476063

Penulis lagu : Brooke Fraser & Matt Crocker

 

Refleksi dari Yohanes 19: 31-42 oleh Chris Tan


(Dengarkan podcast nya disini)

Tuesday, July 16, 2024

Spanish version: En el Centro

"Jesús en el medio" – Juan 19:18


Pexels.com
 

Jesucristo está en el centro del universo. Él está en el centro de tu alma. Incluso los enemigos y asesinos de Jesús lo pusieron en el medio. El Hijo de Dios fue el punto de atención de Pilato quien le preguntó acerca de la verdad. Y Jesús es la persona más importante para todo cristiano en el mundo. Él es el Rey de nuestra vida y el dador del Espíritu Santo.

 

Pero como en la antigüedad, hoy en día también sucede que mucha gente lo ignora. Conocen a Jesucristo porque leen sobre él en sus propios idiomas. Tanto celebridades como gente sencilla reconocen que él vivió en la tierra hace 2000 años. Sin embargo, fue crucificado porque no aceptaron su verdad. Otros sólo toman algunas palabras que les gustan acerca de su enseñanza. Los artistas lo toman como modelo para sus presentaciones y obras de arte. Los filósofos discuten sus obras y pensamientos. Los cómicos se ríen de él como un objeto de ironía y estupidez.

 

Gracias a Dios, Jesús tuvo mejores amigos, como su madre y las mujeres que estuvieron al lado de la cruz. Estos amigos cercanos lo apoyaron no sólo en las buenas sino también en las malas. Lo amarán por siempre y para siempre. El Hijo de Dios vive en sus corazones y les enseña a amarse unos a otros. Siguen a su Maestro como sus amados discípulos. E incluso después de su muerte, mantienen sus palabras hasta que regrese.

 

Reflexión bíblica sobre Juan 19:17-30 por el P. Joseph Trzebuniak SVD.

(Escucha el podcast aqui)

Spanish version: Siendo an Oscuro

El primer día de la semana, María Magdalena fue de mañana, siendo aún oscuro, al sepulcro; y vio quitada la piedra del sepulcro. - Juan 20:1


Pexels.com

 

Queridos hermanos y hermanas, los sentimientos de tristeza, ansiedad y miedo a menudo bloquean la capacidad de pensar con claridad acerca de un acontecimiento. Entonces, las personas pueden vivir con bajo sospecha y prejuicios sobre sí mismas, los demás y la situación. Por lo tanto, el evento de la tumba vacía puede inspirar nuestra vida en construir siempre un diálogo y un espíritu de encuentro con Dios a través de la lectura y la meditación de las Escrituras, la oración y las obras de servicio a los demás.

 

Tan pronto como María Magdalena vio que la piedra que cubría la tumba de Jesús había sido removida, tuvo la sospecha y el prejuicio de que Jesús había sido secuestrado o robado. En el relato del Evangelio se cuenta que María Magdalena fue al sepulcro temprano en la mañana. Todavía estaba oscuro. La oscuridad representa la vida y la situación interior de María Magdalena, quien estaba muy triste por la muerte de Jesús.

 

Además, también estaba ansiosa y asustada porque la gente que odiaba a Jesús buscaba a sus discípulos. María era una de las discípulas de Jesús que creyó en sus palabras y hechos. Cuando María Magdalena descubrió que la piedra que cubría la tumba de Jesús había sido quitada, María concluyó que el cuerpo de Jesús había sido robado y no sabía dónde estaba. Esto lo confirma el testimonio de Pedro y los discípulos después de presenciar la tumba vacía. Ellos todavía no habían entendido las Escrituras y el mensaje que Jesús les dio.

 

En esta vida, muchos acontecimientos nos hacen vivir en oscuridad. Nos sentimos ansiosos, inquietos y temerosos de perder nuestras familias, nuestros trabajos y el futuro. Estos sentimientos pueden despertar sospechas y prejuicios sobre nosotros mismos, los demás y Dios, que matan la esperanza.

 

En cambio, se nos invita a superar la desesperación, la ansiedad y el miedo, a romper con nuestros prejuicios amurallados construyendo un espíritu de encuentro con Dios, escuchándolo y entregándonos a su voluntad.

 

Reflexión sobre Juan 20:1-10 por el P. Aris Mada, SVD

(Escucha el podcast aqui)

Monday, July 15, 2024

Spanish version: El hombre

Entonces salió Jesús, con la corona de espinas y el manto púrpura. Pilato les dijo: "¡Aquí está el hombre!" – Juan 19:5

Pexels.com

Pilato interrogó personalmente a Jesús y lo declaró inocente. Pilato deseaba liberar a Jesús e incluso intentó hacerlo, pero las cosas no resultaron como esperaba. Luego, Pilato ordenó que Jesús fuera azotado, pensando que al menos al ver eso, el pueblo judío estaría satisfecho y permitiría que Jesús fuera liberado. Los soldados de Pilato se burlaron de Jesús, lo hicieron llevar una corona de espinas y un manto púrpura. Cuando Pilato presentó a Jesús ante los judíos, dijo: "Aquí está el hombre". Pilato enfatizaba que Jesús era solo un hombre ordinario y no un rey.

Queridos amigos, al leer este pasaje, nos encontramos muchas veces con que Pilato intenta liberar a Jesús porque estaba convencido de que Jesús no había hecho nada que mereciera la pena de muerte. Los líderes judíos ejercieron tanta presión sobre Pilato que él tuvo que complacerlos a ellos y al emperador. Pilato tomó la decisión de entregar a Jesús para ser crucificado, en un intento de complacerlos.

Como leemos en el libro del profeta Isaías 53:7-8: "Fue oprimido y afligido, pero no abrió su boca; como un cordero que es llevado al matadero, y como una oveja que ante sus trasquiladores permanece en silencio, así él no abrió su boca. Por un juicio injusto fue quitado." Vemos claramente el cumplimiento de esta profecía. En la sentencia de muerte de Jesús, observamos una clara perversión de la justicia. En medio de todo esto, Jesús coopera pacíficamente con la voluntad de su Padre.

Reflexión bíblica sobre Juan 19:1-16 por el Padre George Joseph SVD

(Escucha el podcast aqui)

Spanish version: Perforado

Pero uno de los soldados le atravesó el costado con una lanza, y al instante salió sangre y agua. - Juan 19:34

Pexels.com

Reflexionando sobre el pasaje del Evangelio, donde el cuerpo muerto de nuestro Señor Jesucristo fue traspasado por la lanza de un soldado romano y enterrado en una tumba prestada. Me conmueve profundamente pensar en las heridas y dolores que he infligido a mi Salvador cada vez que albergo el pecado en mi corazón, mi mente y mi espíritu. Ya sea el espíritu de falta de perdón, el espíritu de lujuria o incluso el espíritu de envidia, estos son los espíritus impuros que apagan la obra del Espíritu Santo en mi corazón, mente y espíritu, y profanan mi cuerpo, mente y espíritu, que se supone que son el Templo del Espíritu Santo.

Como escribió Isaías en su famoso capítulo sobre el Siervo Sufriente: "Despreciado y rechazado por los hombres, varón de dolores, hecho para el sufrimiento. Todos evitaban mirarlo; fue despreciado y no lo estimamos. Sin embargo, él cargó con nuestras enfermedades y soportó nuestros dolores, pero nosotros lo consideramos herido, golpeado por Dios y humillado. Él fue traspasado por nuestras transgresiones, molido por nuestras iniquidades; sobre él recayó el castigo, precio de nuestra paz, y gracias a sus heridas fuimos sanados. Todos nosotros nos descarriamos como ovejas, cada uno siguió su propio camino, pero el Señor hizo recaer sobre él la iniquidad de todos nosotros" (Isaías 53:3-6 NRSVCE).

Cerraré esta breve reflexión con una de mis canciones favoritas de Hillsong: "Hombre de Dolores".

Hombre de Dolores

Verso 1

Hombre de dolores, Cordero de Dios

Traicionado por los suyos

El pecado del hombre y la ira de Dios

Fueron cargados en Jesús

Verso 2

Silencioso mientras era acusado

Golpeado, burlado y despreciado

Inclinándose a la voluntad del Padre

Llevó una corona de espinas

Coro

Oh, esa ruda cruz, mi salvación

Donde Tu amor se derramó sobre mí

Y ahora mi alma clama aleluya

Alabanza y honor a Ti

Verso 3

Enviado del cielo, el Hijo de Dios

Para comprar y redimir

Y reconciliar a los mismos

Que lo clavaron en ese árbol

(Repetir Coro)

Puente

Ahora mi deuda está pagada

Está pagada en su totalidad

Por la preciosa sangre

Que mi Jesús derramó

Ahora la maldición del pecado

No tiene poder sobre mí

A quien el Hijo libera

Oh, es verdaderamente libre

(Repetir Puente)

(Repetir Coro)

Verso 4

Mira la piedra removida

Contempla la tumba vacía

Aleluya, alabado sea Dios

Él ha resucitado de la tumba

(Repetir Coro)

 

Reflexión sobre Juan 19:31-42 por Chris Tan

(Escucha el podcast aqui)


Saturday, July 13, 2024

Indonesian version: Masih Gelap

Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. - Yoh 20:1

Pexels.com

Saudara-saudara ku, perasaan sedih, kuatir, dan takut sering menghalangi kemampuan untuk berpikir dengan jernih tentang suatu peristiwa. Maka, orang dapat hidup dalam kecurigaan dan prasangka tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan situasi. Oleh karena itu, peristiwa kubur kosong dapat menginspirasi kehidupan untuk selalu membangun dialog dan semangat ingin berjumpa dengan Tuhan melalui membaca dan merenungkan kitab suci, doa, dan pekerjaan pelayanan bagi orang lain.

Segera setelah Maria Magdalena melihat bahwa batu yang menutupi kubur Yesus telah terguling, dia memiliki kecurigaan dan prasangka bahwa Yesus telah diambil dan dicuri. Di dalam catatan kitab suci, Maria Magdalena pergi ke kubur pagi-pagi benar. Waktu itu masih gelap. Kegelapan menggambarkan kehidupan dan keadaan dari dalam Maria Magdalena sendiri yang sedih atas kematian Yesus.

Ditambah lagi, dia juga kuatir dan takut karena orang-orang yang membenci Yesus sedang mencari murid-murid Yesus. Maria adalah salah satu dari murid Yesus yang percaya pada perkataan dan perbuatan Yesus. Ketika Maria mendapati bahwa batu yang menutupi kubur Yesus telah terguling, Maria menyimpulkan bahwa tubuh Yesus telah dicuri, dan dia tidak tahu dimanakah tubuhnya. Hal ini diperkuat oleh kesaksian Petrus dan murid-murid sesudah mereka menyaksikan kubur yang kosong. Hal ini karena mereka belum memahami kitab suci dan pesan yang Yesus sampaikan kepada mereka. 

Di dalam kehidupan ini, banyak peristiwa yang membuat kita hidup dalam kegelapan. Kita merasa kuatir, gelisah, dan takut kehilangan keluarga kita, pekerjaan, dan masa depan. Perasaan-perasaan ini dapat memancing kecurigaan dan prasangka tentang diri kita sendiri, orang lain, dan Tuhan, yang tentunya dapat menghancurkan pengharapan.

Sebaliknya, kita diajak untuk bangkit dari keputusasaan, kekuatiran, dan ketakutan, keluar dari prasangka yang mengurung kita dengan cara membangun suatu semangat perjumpaan dengan Tuhan, mendengarkan-Nya, dan tunduk kepada kehendak-Nya.

Refleksi dari Yohanes 20:1-10 oleh Fr. Aris Mada, SVD

(Dengarkan podcast nya disini.)

Friday, July 12, 2024

Still dark | EN | IN | ES

Now on the first day of the week, Mary Magdalene went early, while it was still dark, to the tomb, and saw that the stone had been taken away from the tomb. - John 20:1


Photo by Pexels.com

Dear brothers and sisters, feelings of sadness, anxiety, and fear often block the ability to think clearly about an event. Then, people can live in suspicion and prejudice about themselves, others, and the situation. Therefore, the empty tomb event can inspire life to always build dialogue and a spirit of encounter with God through reading and meditating on Scripture, prayer, and works of service to others.

As soon as Mary Magdalene saw that the stone covering Jesus' tomb had been rolled away, she had a suspicion and prejudice that Jesus had been taken or stolen. In the Gospel account, Mary Magdalene went to the tomb early in the morning. It was still dark. The darkness depicts Mary Magdalene's life and inner situation, which is saddened by the death of Jesus.

In addition, she was also anxious and afraid because people who hated Jesus were looking for Jesus' disciples. Mary was one of Jesus' disciples who believed in Jesus' words and deeds. When Mary Magdalene found that the stone covering Jesus' tomb had been rolled away, Mary concluded that Jesus' body had been stolen, and she did not know where it was. This is confirmed by Peter's and the disciples' testimony after they witnessed the empty tomb. This was because they had not yet understood the Scriptures and the message Jesus gave them.

In this life, many events make us live in darkness. We feel anxious, restless, and fearful about losing our families and jobs and the future. These feelings can stir up suspicions and prejudices about ourselves, others, and God, that kill hope. 

Instead, we are invited to rise above despair, anxiety, and fear, to break out of our walled-in prejudices by building a spirit of encounter with God, listening to Him, and surrendering to His will.

Reflection on John 20:1-10 by Fr. Aris Mada, SVD

Tuesday, July 9, 2024

Pierced | EN | ES | IN

Instead, one of the soldiers pierced his side with a spear, and at once blood and water came out - John 19:34

Photo by Pexels.com


Reflecting on the Gospel passage, where the dead body of our Lord Jesus Christ was pierced by a Roman soldier's lance and buried in a borrowed tomb. It moves me to the core of the wounds and pains that I've inflicted upon my Saviour, each time I harboured sin in my heart, my mind and my spirit. Whether it's the spirit of unforgiveness, the spirit of lust or even the spirit of envy. These are the unholy spirits that quenches the work of the Holy Spirit in my heart, my mind and spirit, and profanes my body, mind & spirit, which is supposed to be the Temple of the Holy Spirit. 

As Isaiah wrote in his famous chapter on the Suffering Servant: "He was despised and rejected by others; a man of suffering and acquainted with infirmity; and as one from whom others hide their faces he was despised, and we held him of no account. Surely he has borne our infirmities and carried our diseases; yet we accounted him stricken, struck down by God, and afflicted. But he was wounded for our transgressions, crushed for our iniquities; upon him was the punishment that made us whole, and by his bruises we are healed. All we like sheep have gone astray; we have all turned to our own way, and the Lord has laid on him the iniquity of us all. (Isa 53:3-6 NRSVCE)

I'll close this short reflection with one of my favourite songs by Hillsong: Man of Sorrows.

Man of Sorrows

Verse 1

Man of sorrows, Lamb of God

By His own betrayed

The sin of man and wrath of God

Has been on Jesus laid

Verse 2

Silent as He stood accused

Beaten, mocked, and scorned

Bowing to the Father's will

He took a crown of thorns

Chorus

Oh, that rugged cross my salvation

Where Your love poured out over me

And now my soul cries out hallelujah

Praise and honor unto Thee

Verse 3

Sent of heaven God's own Son

To purchase and redeem

And reconcile the very ones

Who nailed Him to that tree

(Repeat Chorus)

Bridge

Now my debt is paid

It is paid in full

By the precious blood

That my Jesus spilled

Now the curse of sin

Has no hold on me

Whom the Son sets free

Oh is free indeed

(Repeat Bridge)


(Repeat Chorus)

Verse 4

See the stone is rolled away

Behold the empty tomb

Hallelujah, God be praised

He's risen from the grave


(Repeat Chorus)


Listen to song here

Copyright

CCLI Song # 6476063

Song writers: Brooke Fraser & Matt Crocker


Reflection on John 19:31-42 by Chris Tan

 

Friday, July 5, 2024

Indonesian version: Inilah manusia

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah Manusia itu!" - Yohanes 19:5


Pexels.com
 

Pilatus secara pribadi menanyai Yesus dan menemukan bahwa dia tidak bersalah. Pilatus hendak membebaskan Yesus dan berusaha melakukannya, tetapi apapun yang dilakukan tidak berhasil. Kemudian Pilatus membawa Yesus dan mencambuknya, berpikir bahwa setidaknya dengan melihat hal itu, orang-orang Yahudi akan senang dan mengizinkan Yesus untuk dibebaskan. Para prajurit Pilatus mengejek Yesus dan membuatnya mengenakan mahkota duri dan jubah ungu. Ketika Pilatus menempatkan Yesus di depan orang-orang Yahudi, dia berkata, "Inilah orangnya." Pilatus menekankan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa dan bukan raja. 

 

Teman-teman yang terkasih, ketika melihat bagian ini, kita menemukan banyak kali Pilatus mencoba membebaskan Yesus karena yakin bahwa Yesus tidak melakukan kesalahan sehingga tidak pantas dihukum mati. Para pemimpin Yahudi menekan Pilatus sedemikian rupa sehingga dia harus menyenangkan mereka dan kaisar. Pilatus mengambil Keputusan untuk menyenangkan mereka. Dia menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. 

 

Seperti yang kita baca dalam Kitab nabi Yesaya 53: 7-8: "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil." Kita melihat pemenuhan nubuatan ini. Dalam hukuman mati Yesus kita melihat penyelewengan keadilan yang begitu nyata. Diantara semua ini, Yesus dengan damai bekerja sama dengan kehendak Bapa-Nya. 

 

Refleksi dari Yohanes 19: 1-16 oleh Fr. George Joseph SVD


(Dengarkan podcastnya disini)


 

Indonesian version: Di tengah - tengah

" Yesus di tengah - tengah " - Yoh 19 : 18

Pexels.com


Yesus Kristus adalah pusat alam semesta. Dia ada di tengah jiwa mu. Bahkan para musuh dan pembunuh Yesus meletakkan-Nya di tengah - tengah. Anak Allah menjadi fokus utama Pilatus yang menanyai Dia tentang kebenaran. Dan Yesus adalah orang yang paling penting bagi setiap orang kristen di dunia. Dia adalah Raja dalam kehidupan kita dan Sang Pemberi Roh Kudus.

Tetapi sama seperti di zaman dahulu, hal ini juga terjadi sekarang bahwa banyak orang mengesampingkan-Nya. Mereka tahu Yesus Kristus karena mereka membaca tentang Dia dalam bahasa mereka. Para selebriti dan orang-orang sederhana mengakui bahwa Dia hidup di dunia 2000 tahun yang lalu. Namun, beberapa orang menyalibkan-Nya karena mereka tidak menerima ajaran kebenaran-Nya. Yang lain hanya mengambil beberapa kata dari pengajaran-Nya yang mereka suka. Para seniman memperlakukan-Nya sebagai seorang model untuk pertunjukan dan karya seni mereka. Para filsuf mendiskusikan perbuatan dan pemikiran-Nya. Buku-buku komik menertawakan Dia sebagai bahan ejekan dan kebodohan.

Syukur kepada Tuhan, ada teman-teman terbaik Yesus seperti ibu-Nya dan para wanita yang berdiri di samping salib. Teman-teman dekat ini mendukung Dia tidak hanya ketika Dia menang tetapi juga waktu Dia kalah. Mereka akan mengasihi-Nya selama-lamanya. Anak Allah hidup di dalam hati mereka dan mengajarkan kepada mereka untuk saling mengasihi. Mereka mengikuti tuannya sebagai murid-murid-Nya tercinta. Dan bahkan sesudah kematian-Nya, mereka tetap menyimpan firman-Nya sampai Dia datang.

Refleksi Alkitab dari Yoh 19 : 17-30 oleh Fr. Jozef Trzebuniak SVD

(Dengarkan podcastnya disini)